Saya mengambil ponsel dan membuka YouTube untuk sekadar bersantai sebelum tidur. Namun, sebuah video di beranda langsung menarik perhatian saya: “Resmi! Imlek Ditetapkan sebagai Warisan Budaya UNESCO!”
Saya segera mengkliknya.
04 Des 2024 Unessco menetapkan Imlek menjadi Warisan Budaya. Pengakuan ini tidak datang begitu saja, tetapi melalui perjalanan panjang yang membuktikan bahwa Imlek adalah lebih dari sekadar perayaan tahun baru—ia adalah bagian dari peradaban manusia yang terus hidup selama lebih dari 4.000 tahun.
Saya menyimak dengan kagum ketika video itu menampilkan bagaimana Imlek kini dirayakan di 200 negara, menjadikannya salah satu perayaan paling luas di dunia. Tak hanya itu, 20 negara telah menetapkan Imlek sebagai hari libur nasional, termasuk tanah air tercinta, Indonesia.
Saya tersenyum. Indonesia memang negara yang penuh keberagaman, dan fakta bahwa Imlek telah diakui sebagai hari libur nasional sejak era reformasi adalah bukti bahwa nilai-nilai kebersamaan dan penghormatan terhadap budaya telah mengakar kuat di negeri ini.
Video itu berlanjut dengan menampilkan suasana perayaan Imlek di berbagai belahan dunia. Seperlima Umat Manusia Merayakan Imlek. Dari parade naga yang megah di San Francisco, pesta kembang api di Sydney, bazar kuliner di Kuala Lumpur, hingga festival lentera yang menakjubkan di Taiwan.
Fakta menarik bahwa lebih dari seperlima populasi dunia merayakan Imlek. Itu berarti miliaran orang, dari berbagai latar belakang dan etnis, turut menyambut tahun baru dengan semangat yang sama.
Saya menutup video itu dengan hati yang hangat. Tahun ini, Imlek terasa lebih spesialBukan hanya karena kita telah melewati rangkaian perayaannya dengan penuh suka cita—dari malam tahun baru, berkumpul bersama keluarga, membagikan angpau, hingga Cap Go Meh yang baru saja berlalu—tetapi juga karena dunia kini mengakui bahwa Imlek adalah bagian dari sejarah dan identitas umat manusia.
Saya tersenyum. Tahun baru memang telah dimulai, tetapi semangatnya masih terus terasa. Dan dengan pengakuan dunia ini, saya tahu bahwa Imlek akan selalu menjadi jembatan yang menghubungkan masa lalu, masa kini, dan masa depan—bukan hanya bagi kita, tetapi bagi dunia.
Sebagai seorang yang masih dalam tahapan belajar dan mempelajari untuk memahami Islam,perjalanan dari Imlek ke Ramadhan terasa seperti jembatan spiritual yang menghubungkan dua momen besar dalam hidup saya:
• Imlek membawa harapan baru, kebersamaan keluarga, dan keberkahan melalui angpau dan hidangan khas.
• Ramadhan juga mengajarkan kebersamaan, dengan tradisi sahur, berbuka bersama, dan berbagi dengan sesama.
• Keduanya menekankan pentingnya refleksi diri, mensyukuri rezeki, dan mempererat hubungan dengan keluarga dan Tuhan.

Saya selalu percaya bahwa budaya dan agama dapat berjalan berdampingan dengan damai, selama kita memahami esensi dari keduanya. Imlek bagi saya bukan hanya perayaan tradisional, tetapi juga momen untuk bersyukur, berdoa, dan mempersiapkan diri menyambut bulan suci dengan hati yang bersih.
Saat saya menutup ponsel malam itu, saya tersenyum. Tahun baru telah dimulai dengan penuh berkah, dan kini, saya siap melangkah ke bulan Ramadhan dengan semangat yang sama.
Dunia telah mengakui Imlek sebagai Tahun Baru Dunia, dan sebagai seorang Tionghoa,vsaya merasa bangga bisa merayakannya sambil tetap bersiap menyambut Ramadhan.
Gōng xǐ fā cái! Marhaban ya Ramadan.
Rewrite by Anton Haliman150225